Ini adalah hasil tugas saya berupa analisis novel Siti Nurbaya. Saya berterima kasih kepada guru saya Bu Faiqotur Rosyidah, semoga beliau diberi kebaikan yg banyak, karena telah memberikan tugas ini kepada saya.
Silahkan download tapi sertakan sumbernya juga ya...
Semoga Bermanfaat :)
Download di sini
Bagi-Bagi
Jumat, 09 Mei 2014
Kamis, 28 November 2013
Cerpen 2
GUNDAH
Aku
masih berdiam diri dalam kamar seluas dua puluh meter persegi. Aku
masih termenung sendiri. Aku memikirkan yang tadi telah lalu. Siang
tadi, diriku diguncang guncangan hebat. Diriku masih layu akibat
guncangan itu. Guncangan yang akan merubah hidupku setengah lingkaran
penuh. Aku diguncang olehnya. Aku masih tak yakin dengan yang kusebut
guncangan. Apakah ia semacam dogma keagamaan aneh atau kepalan tangan
yang mengenai kepalaku atau apapu jua. Aku masih saja tak tahu apakah
guncangan itu.
Aku
masih menganganggapnya begitu. Mungkin sampai ada gelombang baru yang
menghempaskannya. Atau mungkin sampai? Ah, aku tak tahu. Aku melirik
jam kecil di sudut meja, sudah menunjukkan pukul lima. Tanpa
memikirkannya lagi, diriku bangkit untuk memulai apa yang terbaru.
Aku meyakinkan diriku untuk tak terlalu banyak masuk dalam kemelut
sekolah ataupun pribadi. Aku melarang mulutku berbicara banyak omong
kosong.
Aku
tak mau itu terjadi lagi, aku tak mau itu terulang lagi. Batinku
takut menerimannya. Semuanya terjadi begitu saja, tanpa kusadari.
Semuanya! Ah entahlah.
Dua
minggu telah berlalu sejak kejadian itu, Aku mulai melupakannya atau
mungkin tak mau mengingatnya. Dala diriku masih tersimpan rasa takut
yang begitu mendalam. Semua ini sebenarnya tak ada sangkut pautnya
dengan diriku. Hanya saja hatiku berkata lain. Seseorang seakan
mengtakan dengan lrih. Aku mampu mendengarnya, namun semua tak akan
mampu.
Aku
masih menyimpan sesuatu dari kejadian itu. Barang yang akan membuat
dunia berdecak. Bukan seongok barang atau pecahan kaca, ia adalah yag
paling aneh. Semua yang kudamba runtuh karenanya. Aku tak mau
mengatakan pada siapapun Termasuk pada diriku sendiri.
Sesuatu
yang berbau amis dan lusuh, namun membuat seseorag terbui. Sesuatu
yang mengandung hawa mistis keanehan. Setiap manusia yang
mengetahuinya pasti akan menyingkap tirai dibaliknya. Itulah kunci
segala kunci. Dalam sesuatu yang mengandung sesuatu yang tak dapat
kukatakan. Setiap orang pasti akan terhenyak dari tempatnya di langit
setiap melihat diriku. Apalagi dua orang yang (katanya) melahirkanku.
Aku akan menyimpannya erat, hingga terputus diriku dengan segalanya.
Hari
itu telah berlalu, semua berjalan lancar apa adanya. Tak ada keanehan
yang terjadi. Tak ada suara sirine busuk para penegak hukum. Hanya
kumpulan tugas yang menghajar diriku. Seperti biasanya. Aku masih tak
percaya dengan semua ini. Semuanya berjalan dengan lancar tanpa
hambatan.
“Sudahlah”,
pikirku dalam hati
Aku
tak perlu mencemaskan segalanya, yang terjadi terjadilah, yang tak
terjadi juga lebih baik. Aku kembali pada kehidupanku yang dulu.
Penuh cinta dan kasih sayang ala anak muda. Tak ada pertentangan
orang dewasa, atau tamparan penuh amarah.
***
Yang
kukira tidaklah semulus jalan tol . Tak pernah kuketahui apapun, ia
datang. Dari balik jendela ruang kelas yang terbuka, aku melihatnya
dengan beberapa manusia berseragam. Mereka terlihat bersama kepala
sekolah, entah mereka membicarakan apa. Yang dapat kulihat hanyalah
raut wajah kepala sekolah yang mulai berubah. Mimiknya makin berubah
dan berarti, mengandung seribu makna.
Tak
berselang sejam pengintaianku, namaku menggema di setiap lorong
sekolah. Setiap orang sehat pasti mendengarnya, tak usah kuduga lagi.
Yang kutahu semakin jelas. Dengan menyeret kaki pelan, aku berusaha
untuk menuju kantor pemimpin sekolah. Lorong yang semula ramai oleh
suara teriakan manusia – manusia yang berkelakuan monyet, mendadak
senyap (menuruku!). Pikiranku yang mulai melayang pergi segera
kutarik kembali, ia tak boleh dibiarkan pergi. Ia memang macam seekor
anjing pelacak yang ganas.
Tanpa
kusadari aku telah menghadap ke arah pintu menakutkan itu. Aku
mencari ketegaran, kubaca semua mantra dan jimat keagamaan. Semua
kulalap habis tak tersisa satupun. Gemetar aku dibuatnya, kakiku lesu
semakin menjadi – jadi. Panggilan itu terdengar sekali lagi,
suaranya memantul dan menggema terkena dinding – dinding lorong.
Saat
kumasuki, aku melihat beberapa orang bersama kepala sekolah. Mereka
seperti heran melihatku, sorot matanya yang tajam penuh selidik,
segera menusuk diriku. Foto presiden dan wakilnya serasa tersenyum
penuh kemunafikan, ia seperti orang yang penuh kesinisan. Kertas –
kertas yang berada di atas meja sang kepala seolah menyuruhku untuk
membantingnya. Apalagi beberapa helai kertas yang berada di genggaman
manusia yang berpakaian penegak hukum menuntutku untuk menyobek dan
membakarnya.
Aku
mencoba menggiring khayalanku ke kepalaku kembali. Ia telah terlepas
begitu lama, hingga menimbulkan kekacauan dalam diriku. Aku tak dapat
mendengar dengan jelas apa yang diucapkan beberapa orang itu
kepadaku. Mereka dengan semena – mena menggiringku keluar dan
memasukkanku dalam sebuah mobil besi.
Hatiku sedikit berteriak kesenangan.
Hatiku sedikit berteriak kesenangan.
“Inilah
mobil yang ada dalam tv –tv, tidak semua orang dapat menaikinya”
Mobil
ini berukuran lumayan besar dan cukup untuk sepuluh orang dewasa.
Mobil ini tak punya jendela. Pintunya cukup besar untuk orang
seukuranku, semuanya terbuat dari besi atau mungkin baja anti karat.
Pintunya dikunci dan digembok, yang menurutku tak mungkin dibuka
kecuali oleh manusia super. Dalam mobil terdapat teralis – teralis
besi seukuran ibu jari.
Baunya
pun lumayan busuk. Besinya berbau karat, dan terlihat berwarna coklat
dengan sedikit keropos di sana – sini. Bau lainnya juga sangat
menyengat, Pengap, keringat dan kentut bercampur baur jadi satu
denganku, maklum tidak ada jendela kecil sedikitpun untuk aliran
udara.
Tak
berapa lama mobil ini terasa berhenti. Dua orang mencoba membuka
pintu jelek itu. Terlihat dua orang kekar menjemputku di luar mobil.
Mereka mengeluarkanku dengan kasar. Tangannya yangbesar mencekik
pergelangan tanganku.
Mereka
seolah menyeretku ke sebuah tempat yang tak kuketahui. Aku melihat
sebuah bangku dan dua buah kursi. Mereka tertata rapi dan saling
berhadapan. Penerangan yang remang – remang benar – benar
membuatku takut. Tak ada jendela sama sekali, hanya ada sebiah pintu
besi. Entah berapa ton berat pintu, kulihat orang – orang kuat tadi
sampai mengeluarkan keringat bau mereka saat membuka pintu besi itu.
Tak
berapa lama dua orang berotot itu pergi. Aku di dalam sendiriang. Tak
ada yang menemani kecuali tikus – tikus menyuarakan puisi kesedihan
untukku. Aku mengitari ruangan itu sambil menyenandungkan lagu –
lagu rohani, untuk mengusir rasa takutku. Tembok yang tak putih lagi
dan berair memberi kesan tak terurus pada ruangan ini. Sungguh tak
tahan rasanya jika terkurung di sini.
Panas
dan bau menyelimuti ruangan ini. Kutengadahkan kepalaku untuk
memeriksa bagian atas ruangan. Di atas pun tak terlihat adanya jaring
– jaring laba – laba. Mungkin para hewan itu tak tahan dengan
temat seprti ini. Bagian atas ruangan ini terlihat jelas jamur –
jamur daun menempel. Mereka membentuk suatu lingkaran atau apa saja.
Mereka terlihat bergerombol dan sedang membicarakan sesuatu.
Mereka
merupakan saksi bisu atas seua yang terjadi. Mereka pasti sedang
melirikku sinis dan memperbincangkanku. Mata mereka yang kecil dapat
dengan mudah kutemukan. Bola matanya yang hitam memantulkan gambaran
diriku. Beberapa jamur terlihat berwarna coklat, secoklat warna
bangku di tengah ruangan.
Diriku
mengalihkan pandanganku menuju pintu basi tua. Sudah sejam kiranya
aku berada di sini. Aku tak mendengar seseorang berjalan atau apapun
kecuali diriku sendiri. Aku mulai merasakan gerah yang membuat
keringat ku menetes. Seperti seekor cacing yang sedang berendam pada
air yang mampu membuat kulit terkelupas. Diriku mengibas –
ngibaskan telapak tanganku yang kecil. Kuraih kancing bajuku satu
perstu. Kulepas baju yang menempel pada tubuhku.
Kulihat
kucuran keringat menetes di dada dan perutku. Tak berselng semenit
kegerahan juga menyerang kaki dan pahaku. Bagian yang semula kututupi
dan kujaga terpaksa kuumbar dan kubuka. Aku melepas juga celana biru
khas SMP. Hanya sebuah pakaian yang masih melekat rapi. Kulihat ia
juga telah basah oleh keringat.
Aku
memutar kepalaku dan mencari kamera pengintai yang mungkin mengintai.
Tak kujumpai satupun kamera pengintai yang terlihat. Semua sama
seperti tadi, sepi tak ada pengintai. Hanya diriku seorang diri yang
terjebak di tempat seperti ini. Sbuah neraka dunia.
Aku
mulai melepaskan pakaian terkahir yang melekat di tubuhku. Tak ada
satu kainpun yang melekat di tubuhku. Aku memerhatiakn skujur tubuhku
telah terkena basuhan air keringat yang berasa asin. Entah di mana
dan dari mana suara itu datang. Tanganku seolah tak punya daya untuk
melawannya. Aku mulai mempermainkan kemaluanku sendiri.
***
***
Kamis, 07 November 2013
Cerpen 1
Pikiran Malam
Di hari itu, diriku ada. Sama seperti
yang lalu, sama persis. Sama gelap tanpa cahaya berbintang dan selalu
kelabu. Entahlah, aku tak tahu kelabu ataukah cerah. Aku hanya
ditemani beberapa bohlam 20 volt. Dalam suasana begitu indah, aku
mencoba menghiasinya.
Diriku bersenandung sendiri mencoba
hibur diri sendiri yang telah rapuh. Mealihat sekeliling menangkap
cahaya – cahaya inspirasi. Meroda agar ia masuk dalam diri dan
keluar dalam keabadian karya. Beranginkah? Tak tahu sama sekali
diriku. Aku terkubur dalam diri sendiri, meratapi kesedihan yang
mungkin telah lalu, ataukah memang di depan mata?
Mulai kutangkap cahaya remang –
remang yang keluar dari tubuh sang kunang – kunang. Cahayanya yang
menyilaukan membuat para betina berkeok kesenangan. Pancarannya
sungguh menawan, kuku manusia – manusia mati.
Kupandangi dirinya yang sedang
bercumbu mencari calon istrinya. Diam di tempat tak bergerak biarpun
sedikit. Hanya kepakan sayapnya yang terdengar memecah malam gelap di
hari ini. Diriku terpana dan terhunus pedang panjang yang membelah
diri jadi seribu. Semua kupancarkan padanya, di saat ini.
Lagu senandungku yang sedari tadi
berputar dalam tenggorokanku kini semakin pudar. Ia telah hilang
entah kemana. Aku tak pernah merindukannya sekarang ini. Pandanganku
hanya tertuju pada yang berkilau indah.
Beberapa serangga nakal mencoba
mengangguku saat sedang berpacaran dengannya. Serangga bersayap
penghisap darah menerkamku di mana – mana. Yang berkilau itu pergi,
sekarang ia menjauh dariku tanpa berpamitan. Ia memutus hubungan
dengan diriku, entah sampai kapan. Suara hatiku seakan tidak rela
untuk melepaskannya mencari pasangan baru.
Aku kini sendiri lagi. Serangga nakal
itu masih terus membuntutiku. Ia selalu tahu kemana diriku. Aku
menggeser pantat ke kiri ia tahu, aku menggeser ke kanan ia malah
sangat tahu. Ia sungguh pintar ia mengendus mangsa, melebihi detektif
sehebat apapun. Ia pantang menyerah menggigitku.
Insting kebinatangannya yang mungkin
menuntunnya kepadaku. Aku hanya melindungi diri dengan sarung lusuh
pemberian kakek setahun yang lalu. Aku mengibas – ngibaskan tangan
mungilku kepadanya. Tetap saja ia terus bergeming membuntutiku. Aku
tak cukup kuat untuk menahannya, aku kalah. Ia berhasil menerobos
dinding pertahananku saat aku lengah.
Sudah dapat ditebak apa yang terjadi
pada diriku. Bukit mini muncul di kulitku. Sungguh sangat tersiksa,
sangat gatal. Aku yang semula manusia berubah sudah jadi monyet
bersarung. Tanganku mecakar diriku dengan ganasnya, kuku – kukuku
yang panjang menambah perih cakaranku. Air merah meleleh sudah.
Sedikit tapi pasti, ia mengalir.
Setiap tetes yang mengalir bagai nyawa yang teregang. Tak pernah aku
merasakan seintim ini saat pengeluarannya. Bercucuran membasahi kulit
sawo matang yang meyelubungi tubuh. Mengenai pori – pori dan rambut
halus di kulitku. Ia berhenti, benar – benar berhenti.
Keping darah yang bekerja cepat
membuat pendarahan ini cepat berhenti. Benang – benang fibrin mulai
dipintal oleh para prajurit dalam tubuh. Sedikit sedikit ia menutupi.
Semenit sudah kuperhatikan diri yang sedang memintal untuk aku ini.
Semua seakan mukjizat. Besar sungguh Sang Maha Kasih, pada-Mu segala
berserah.
Sisa – sisa cairan merah kental itu
masih menempel di epidermis kulitku. Ia mendadak tak bergerak, ia
beku. Setetes itu masih terus menempel, Ia tak mau pergi kecuali
dengan paksaan. Aku memaju mundurkan telapak tanganku sambil
menempelkannya pada cairan kental beku itu. Bekuan cairan itu mulai
berkurang dan mengelupas, hingga hilang.
Aku menengok bayang
dari bambu yang sedang kududuki. Tepat 10 cm ia ada di sana. Sebuah
layah
coklat yang baru saja kubeli. Di samping kanannya terdapat
seperangkat alat pewarna. Ada beberapa buah cat air, kuas, dan
palet. Semua tertata rapi. Otak kananku mulai menerawang angkasa
angan – angan. Daya imajinasiku mulai menjalar dan meraba semua
yang pernah kulihat dan kurasakan. Aura kesenianku muncul dan
menyebar ke segala arah, persis seperti cahaya lampu 12 volt yang
menggantung beberapa sentimeter di atas kepalaku.
Angin menyeruak dari jalan raya di
depan gang rumahku. Suara deretan motor berdengung – dengung bak
lebah yang bernyanyi. Polusi suara mulai merambat menuju kepadaku.
Kebisingan yang sedari tadi tak kurasakan, kini kembali. Knalpot –
knalpot kendaraan yang melubangi atmosfer dengan semburan berbagai
produk sampingannya tak pernah diam.
Semua pikiran bebas kini terkungkung
dalam penjara lagi. Petugas – petugas keamanan yang bodoh dan tak
mau tahu memaksannya masuk. Seribu pengacara tak berhasil
membebaskannya. Ia masih terkurung dalam kesempitan pikiran –
pikiran logis. Nasibnya makin terpuruk dan hina. Ia dijepit dua
saudara kembar yang berlemak tinggi, logis dan pengecut.
Angka – angka dan seibu diagram
telah menghancurkannya. Ia telah disamarkan sang nalar. Ia menjadi
kongruen dengan terpidana mati, ah ia muncul lagi. Ia tak pernah
keluar lagi (mungkin). Ia telah diikat hingga menekan tenggorokannya,
yang menyebabkan asmanya kambuh.
Pohon menari – nari ikuti irama
Tuhan. Lambaian dahan juga daunnya ikut menyoraki irama Yang Mulia.
Debu pasir kecil melayang di atas gerabahku. Ia tertiup udara yang
bergerak menuju arah diriku. Udara – udara itu terus bergerak
menimbulkan hawa menekan yang tajam. Kain penutup tubuh yang
kebesaran juga ikut melambaikan tangan. Ia seolah tak mau ketinggalan
rasakan pesta Tuhan di sana.
Rambut – rambut kulitku berdiri,
tertarik otot penarik. Tegak menjulang menutupi diriku. Setan? Hantu?
Bukan, bukan itu. Dingin? Ya itulah jawabnya. Tangan kananku mulai
menggosok telapaknya ke telapak tangan kiriku. Energi itu kembali.
Bebarengan dengn penggosokan telapak yang sudah semenit kulakukan.
Kehangatan menyeruak dari padannnya.
Kutempelkan telapak kananku pada
dahi. Kurasakan nikmat Sang Penguasa menguasai hatiku. Pelukan-Nya
dalam kedinginan telah menghangatkanku. Aku terlena kenangan indah
dengan Sang Pencipta. Udara itu kini tak kurasakan sebagai musuh.
Suara – suara bodoh itu kembali menipis dan hilang. Semua kembali
lagi.
Mataku tertuju pada benda – benda
di depanku. Yang terkungkung sedang menari salsa dalam naungan
pikiran. Ia berjingkrak ikuti irama yang entah dari mana datangnya.
Yang terkurung terbebas. Ia jadi pemandu tur alam pikiran, pekerjaan
barunya. Kulihat tubuhnya kurus tan berlemak. Hanya tertutup kulit
setebal beberapa milimeter. Hanya tulang putihnya yang menopangnya.
Ia bukan seperti yang kukenal.
Ia diracun? Mungkin saja. Lihatlah!
Tubuhnya memalukan. Ia tak lagi perkasa, ia tak kuat lagi hancurkan
konsep – konsep abstrak. Ia sudah terkungkung dalam dirinya
sendiri. Ia yang murni takut tampakkan batang hidungnya. Entahlah,
aku pun tak yakin dengan apa yang kukatakan.
Aku hanya memikirkannya, sungguh aku
sendiri tak yakin pernah berjabat tangan dengannya. Ia murni sebuah
kemurnian imajinasi yang duduk dengan bumbu – bumbu penyedap. Aku
juga tak paham yang kuakatakan. Aku menjadi bodoh atas diriku
sendiri.
Aku mulai mencarinya, ah dia ada di
sana. Aku menyuruhnya berpencar mencari sisa – sisa seniman dunia
yang dapat kupungut. Hasilnya akan kujual untuk mendapat sebuah
coretan di kertas berbentuk angka. Aku telah lelah mencari dan
berpikir. Aku tak sanggup lagi tanamkan sebuah coretan asli dariku
untuk memenuhi wadah penghalus bumbu dapur itu.
Aku hanya menjadi pemungut dan
pemulung. Aku mengemis pada para seniman. Tubuhku gemetar untuk
menadahkan tangan meminta secuil karya indahnya. Aku selalu berdiri
di depan pintu pameran ilegal yang diselenggarakannya. Aku memasang
wajah melas
di depan semua yang ada. Mengharap sudikah dari mereka kirimkan
anggur keindahan padaku.
Mereka lihat diriku dengan mata
picisan, mereka pendang diriku tak ubahnya sebagai seorang pengemis
kelas teri. Bermodal tangan kehampaan mencoba mengeruk kekayaan tanpa
batas miliknya. Mungkinkah tanpa batas? Keterbatasan, ya itulah
penghalang utama. Diriku terbatas pada apa yang ada menghirup oksigen
dari sebuah rumus kimiawi segelas air. Tak pernah mengeruk ke dalam
celah bebatuan.
Terjal mematikan dan menakutkan.
Keindahan terdalam di dalam celah tersempit. Penggalian para seniman
munculkan zam – zam pada padang tandus gersang. Tak ubahnya Ismail
kecil. Tendang tanah keluar mani, oh air itu. Tak ubahnya air
kehidupan dalam rahim Ibu Hajar. Hidupi para musafir lewat, makin
ramai saja tanah Ismail. Ismail telah membatu dan membiru dalam
gundukan tanah gersang, kota itu muncul.
Kapan air itu sembur diriku.
Muncratkan jutaan calon seniman. Keluarkan ribuan karya indah.
Kapankah ia datang. Belum juga mampir, lihat saja tak dapat nampak
batang hidungnya. Mungkin belum waktunya datang padaku.
Kulirik benda – benda di di
depanku. Ia tidak bergerak walau semilimeter pun. Cat – cat belum
juga terbuka tutupnya. Entahlah tak ada yang muncul di balik otak
besarku. Semua seakan kosong dan hilang. Sama sekali tak perah
muncul. Siapa yang membujukku untuk membukanya, aku pun tak pernah
tahu. Setan? Bukan, ia tak mungkin membuang waktunya untuk menggoda
diriku. Mengapa ia tidak menggoda seorang yang menghadap Tuhan malah
menggoda seorang yang menghadap cat – cat dan kuas, tak mungkin
setan menggangguku.
Kuperhatikan saja cat – cat itu,
tak kuturiti apa kata otakku. Cat serta beberapa peralatan itu masih
tergeletak tak berdaya. Mereka masih lunglai akibat terlalu capek.
Tubuh mereka seolah enggan untuk bekerja. Desir angin yang semilir
turut mempengaruhi keadaan hati mereka. Lihatlah! Kepala tuan kuas.
Ia terlihat lunlai dan capek, entah apa yang membuatnya capek.
Seingatku dia baru datang dari toko menuju rumahku kemarin sore dan
ia sama sekali belum kupegang. Diriku masih terpaku sendiri menatap
beberapa cat aneka warna yang masih lengkap dengan tutupnya itu.
Diriku memaksa kedua tanganku untuk
membukanya, kumulai ia dari warna yang ada di sebelah kanan, warna
merah. Kuputar tutpnya ke arah kanan dan kutarik untuk membukannya.
Sekarang ia telah terbuka, mulutnya menganga seolah ingin makan
manusia di depannya. Kubuka cat – cat berikutnya, dengan cara yang
hampir sama. Terbukalah semuannya tanpa menyisakan satu cat pun yang
tertutup. Tangan kananku kuarahkan ke arah kiri dan mengambil kuas
berwarna kuning. Kucelupkan kuas dalam sebuah cat, kubiarkan sebentar
agar ia merasakan kenikmatan berendam dalam sebuah cairan. Tak usah
berlama – lama, aku takut dririnya menjadi kedinginan. Kuangkat
kuas dan kuletakkan kepalannya pada layah
yang sedari tadi telah menunggu untuk disentuh dan dikasihi.
Kugoreskan kuas yang sedari tadi badannya telah kupegang. Entah aku
melukiskan apa, diriku masih menggoyang kuas ke kiri dan ke kanan,
hingga fajar menampakkan badannya yang anggun.
***
Silahkan dicoment
Tlg hargai karya org lain, jika mau mengcopy jgn lupa sertaka asalnya/sumbernya
Ini adalah karya asli saya
Tlg hargai karya org lain, jika mau mengcopy jgn lupa sertaka asalnya/sumbernya
Ini adalah karya asli saya
Kamis, 04 Juli 2013
salah satu puisi terbaikku
Do’a
kaum tersingkir
Pada-Mu
panjatku selalu
Meraih
mimpi indah perkasa
Manggapai
gedung gedung abadi
Berlari
tingalkan kelaman tak berkesudahan
Pada-Mu
panjatku selalu
Harapan
tunggu masa tua
Keakhiran
kebajikan dalam pengakhiran
Berkeenakan
duduk bersila dengan para wanita
Ataukah itu
lebih berkebaikan
Dalam
kurungan Si panjang kekar
Tidur siang
melunakkan tulang
Pada-Mu
panjatkan selalu
Gunung semeru
berpasir emas
Istana raja
menghias alam ini
Tanpa
bersedihan walau secuil
Apa daya diri
ini
Pada-Mu
panjatkan selalu
Permohonan
maaf lalu lalang dalam kursi-Mu
Tak tahukah
kau?
Keperkasaan-Mu
kutahu semua
Pelafalan
pertobatan kukatakan
Apakah
inilah yang terbesar
Hingga
kilukah lidah ini memohon
Lebih terbaik
para hidung belang
Kisah dalam
kesucian buku
(Akankah
itu nyata?)
Telah
kukatakan ku percayai segala
Apa daya
terdorong nafsu berkeliaran
Semakin
menambah keburukan
Pemanfaatn
suatu kesucian
Jadilah ia
bernoda dosa
Tak dapatku
menahan keperihan yang menjadi
Sejuta surat
terbang pada diri-Mu
Pengantar
bersayap indah akankah kau tak sampaikan?
Belumlah
kuketemukan jawaban surat bodohku
Akankah Kau
mendengar perkataan tanpa ucapan
Pada-Mu lah
Kau jadikan ku pengemis
Pengemis yang
berketuhanan lagi berbudaya
Tak
maulah diriku dihantam hujan Luth
Ataukah
tertusuk tusuk sate panas
Kutahu
semua.........
Tolonglah
diri hina ini
Pada-Mu
kuserahkan jiwa ini
Bantinglah
dalam – dalam nafsu kejahatan
Menyeretku
dalam lubang keabadian
Keabadian
yang menyakitkan
Lepaskan
nafsuku daripadaku
Pada-Mu
kuberserah
Sekap
ku dalam cinta-Mu
Belumlah
diriku panjat Engkau
Kau yang
tersembunyi kapankah kutemukan?
Hanya diriku
tertinggal dalam terdasar
Keinginan
kecil semakin menggelayuti
Maulah diriku
dalam keabadian kebajikan
Pada-Mu ku
kirim surat kaleng yang berbau
Hanya
dengan – Mu dapatlah capai kesempurnaan
Kemaha
sempurnaan-Mu menyilaukan tiap mata memandang
Pada-Mu.................
Minggu, 02 Juni 2013
Kisah Abu Yazid dan Pemain Gambus yang Bertobat
AbuYazid sering pergi ke berbagai pekuburan. Suatu hari ia pulang dari pekuburan, seorang pemuda bangsawan sedang bermain gambus mendekat padanya. Abu Yazid berkata "Ya Allah selamatkan kami"
Mendengar kata - kata tersebut pemuda itu mengangkat gambusnya dan memukulkannya ke kepala Abu Yazid hingga terluka, dan gambus itu patah.
Abu Yazid kembali ke para sahabatnya dan menunggu hingga pagi hari, lalu ia memanggil salah satu sahabatnya dan bertanya "Berapakah harga sebuah gambus?"
Sahabatnya memberitahukannya, lalu ia membungkus sejumlah uang seharga sebuah gambus dengan sehelai pakaian, dan menambahkan sepotong manisan lalu mengirimkannya kepada si pemuda.
Abu Yazid berpesan pada kurirnya "Katakan padanya Abu Yazid mohon maaf. Semalam kau mabuk dan memukulku dengan gambusmu sampai gambusmu patah. Terimalah uang ini sebagai ganti rugi dan belilah gambus baru. Sedangkan manisan ini adalah pelipur lara untuk menghilangkan kesedihanmu karena gambusmu patah."
Saat pemuda itu menyadari apa yang telah ia lakukan, ia mendatangi Abu Yazid dan memohon maaf padanya. Ia bertobat dan banyak pemuda lainnya yang ikut bertobat.
Mendengar kata - kata tersebut pemuda itu mengangkat gambusnya dan memukulkannya ke kepala Abu Yazid hingga terluka, dan gambus itu patah.
Abu Yazid kembali ke para sahabatnya dan menunggu hingga pagi hari, lalu ia memanggil salah satu sahabatnya dan bertanya "Berapakah harga sebuah gambus?"
Sahabatnya memberitahukannya, lalu ia membungkus sejumlah uang seharga sebuah gambus dengan sehelai pakaian, dan menambahkan sepotong manisan lalu mengirimkannya kepada si pemuda.
Abu Yazid berpesan pada kurirnya "Katakan padanya Abu Yazid mohon maaf. Semalam kau mabuk dan memukulku dengan gambusmu sampai gambusmu patah. Terimalah uang ini sebagai ganti rugi dan belilah gambus baru. Sedangkan manisan ini adalah pelipur lara untuk menghilangkan kesedihanmu karena gambusmu patah."
Saat pemuda itu menyadari apa yang telah ia lakukan, ia mendatangi Abu Yazid dan memohon maaf padanya. Ia bertobat dan banyak pemuda lainnya yang ikut bertobat.
Hukum islam (moga bermanfaat)
HUKUM ISLAM TENTANG BINATANG
Oleh:
1. Azmi Zaki Waliudin Althaf (03)
2. Billy Arif Mahendra (04)
3. Didit Tri Wahyudi (05)
4. Zam – Zam Yuma Syahputra (26)
SMP NEGERI 3 PETERONGAN di
PONDOK PESANTREN DARUL ‘ULUM
JOMBANG
Pendahuluan
Allah SWT
telah menciptakan bermacam – macam binatang di dunia ini. Diantara binatang –
binatang tersebut ada yang dapat dimakan dan tidak oleh manusia (Muslim).
Binatang yang dapat dimakan oleh manusia (Muslim) dinamakan binatang yang
halal, sedangkan binatang yang tidak boleh dimakan manusia (Muslim) disebut
binatang haram. Pada dasarnya semua binatang adalah halal, namun Allah telah
melarang kita untuk makan beberapa binatang yang memiliki kriteria haram
seperti babi, anjing, ular, Burung Elang, Cacing.
Manfaat mengkonsumsi binatang halal:
1. Menyehatkan badan
2. Menjadikan hati manusia tajam
3. Mendorong manusia untuk bersyukur
Kejelekan mengkonsumsi binatang haram
1. Merusak kesehatan manusia
2. Merusak aqidah
3. Masuk neraka
الحلال ما احلَّ
اللهُ في كتابه والحرام ما اللهُ في كتابه وما سكت عنه فهو مِمَّا عفا عنه (رواه الترميذ
Artinya:
“Halal
adalah yang dihalalkan Allah dalam kitab-NYA dan haram adalah barang yang
diharamkan Allah dalam kitab-NYA, dan sesuatu yang tidak dijelaskanNYA maka
barang itu termasuk dimaafkan sebagai kemudahan bagimu” (HR. Turmudzi)
Contoh – contoh
Binatang di dunia
Anoa
Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi ini terdiri atas dua spesies (jenis) yaitu: anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua spesies anoa tersebut hanya dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Baik
Anoa Pegunungan (Bubalus
quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sejak tahun 1986
oleh IUCN Redlist
dikategorikan dalam binatang dengan status
konservasi “Terancam Punah” (Endangered;
EN) atau tiga tingkat di bawah status “Punah”.
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau,
tanduknya lurus ke belakang serta meruncing dan agak memipih. Hidupnya
berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan
diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan
menggunakan tanduknya.
Anoa merupakan binatang yang halal, hal
ini dibuktikan dengan ciri – ciri anoa tidak memiliki taring dan kuku tajam
karena ia adalah herbivora. Anoa dapat saja berubah hukum menjadi haram karena
beberapa sebab diantaranya disembelih tanpa menyebut nama Allah, Mati jatuh,
mati tercekik, mati ditanduk, mati dipukul, dimakan hewan buas dan dipersembahkan
untuk berhala. Untuk dewasa ini anoa berhukum haram karena anoa dilarang
dibunuh karena termasuk hewan langka.
Tokek
Cecak yang berukuran sedang hingga besar. Kulit punggung tertutupi oleh sisik-sisik granular, bercampur dengan bintil-bintil yang agak besar. Pupil mata tegak bentuk jorong, dengan tepi yang bergerigi. Jari-jari kaki depan dan belakang tumbuh sempurna, melebar di ujung, terkadang dengan selaput di antara pangkal jari, cakar (kuku) terdapat pada jari-jari sebelah luar, sisi bawah jari dengan sederetan bantalan pelekat (disebut scansor) yang berkembang baik dan tidak berbelah (berbagi). Terdapat pula pori-pori preanal atau preano-femoral, serta bintil post-anal.
Tokek merupakan binatang yang diharamkan
oleh Allah SWT karena merupakan binatang yang wajib dibunuh. Menurut para
Ulama' Tokek sama dengan cecak
أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا
Artinya: "Nabi SAW telah memerintahkan untuk membunuh cicak dan Nabi SAW menamainya fusaiq (binatang kecil yang fasik/tidak taat)." (HR Ahmad dan Muslim).
أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا
Artinya: "Nabi SAW telah memerintahkan untuk membunuh cicak dan Nabi SAW menamainya fusaiq (binatang kecil yang fasik/tidak taat)." (HR Ahmad dan Muslim).
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَقَالَ
كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام
Artinya: "Rasulullah SAW telah memerintahkan membunuh cicak dan beliau bersabda dulu cicak pernah meniup-niup [api] kepada Ibrahim AS." (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, hadis no 3109).
Artinya: "Rasulullah SAW telah memerintahkan membunuh cicak dan beliau bersabda dulu cicak pernah meniup-niup [api] kepada Ibrahim AS." (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, hadis no 3109).
Kadal padang pasir(Dhobbun)
Kadal pasir atau yang dalam bahasa arab disebut dhobbun merupaka sejenis kadal yang hidup di padang pasir. Kadal ini dihalalkan berdasarkan hadits Nabi SAW
كُلُوْا وَأَطْعِمُوْا فَإِنَّهُ حَلاَلٌ
“Makanlah dan berikanlah makan dengannya (dhabb) karena
sesungguhnya dia adalah halal”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari hadits Ibnu
‘Umar)
Adapun keengganan Nabi untuk memakannya, hanyalah dikarenakan dhabb
bukanlah makanan beliau, yakni beliau tidak biasa memakannya. Hal ini
sebagaimana yang beliau khabarkan sendiri dalam sabdanya:
لاَ بَأْسَ بِهِ، وَلَكِنَّهُ لَيْسَ مِنْ طَعَامِي
“Tidak apa-apa, hanya saja dia bukanlah makananku”.
Ini
yang dikuatkan oleh Imam An-Nawawy dalam Syarh Muslim (13/97).
[Mughniyul
Muhtaj (4/299) dan Al-Muqni' (3/529)]
Kuda Nil
Kuda nil (Latin: Hippopotamus amphibius) atau hippo (bahasa Yunani: πποπόταμος, hippopotamos, dari ἵππος, hippos, "kuda", dan ποταμός, potamos, "sungai") adalah mamalia dari keluarga Hippopotamidae yang berukuran besar, omnivora, dan berasal dari Afrika sub-Sahara. Kuda nil adalah hewan darat terbesar ketiga setelah gajah dan badak putih.
Kuda
nil merupakan hewan yang halal dimakan karena ia tidak memiliki kuku maupun
taring karena ia adalah hewan herbivora. Kuda nil juga tidak ada larangan untuk
membunuh atau wajib dibunuh, juga tidak makan kotoran. Kuda nil
dihalalkan karena tidak ada dalil keharamannya.
Rusa
Rusa, sambar, atau menjangan (Bahasa Inggris: deer) adalah hewan mamalia pemamah biak (ruminan)
yang termasuk familia
Cervidae. Salah satu ciri khas rusa
adalah adanya antler (tanduk rusa), dan bukan tanduk, yang merupakan
pertumbuhan tulang yang berkembang setiap tahun (biasanya pada musim panas)
terutama pada rusa jantan (walaupun ada beberapa pengecualian). Ada sekitar 34 spesies rusa di seluruh
dunia yang terbagi menjadi dua kelompok besar: kelompok rusa dunia lama yang
termasuk subfamilia Muntiacinae dan Cervinae; serta kelompok rusa dunia
baru, Hydropotinae dan Odocoilinae. Rusa termasuk binatang
halal, karena tidak memiliki ciri – ciri binatang haram.
Keledai
Keledai
merupakan mamalia jinak yang biasa digunakan untuk bekerja. Keledai dikenal
dengan hewan yang bodoh. Keledai adalah haram untuk dimakan, sesuai hadits Nabi
SAW
Dari
Jabir Radhiallahu ‘anh berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
melarang pada perang khaibar dari (makan) daging khimar dan membolehkan daging
kuda.” (HR. Bukhori no. 4219 dan Muslim no. 1941). Dalam
riwayat lain disebutkan: “Pada perang khaibar mereka menyembelih kuda, bighal,
dan khimar. Lalu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari bighal
dan khimar, dan tidak melarang dari kuda.” (SHOHIH, HR. Abu Dawud 3789, nasai
7/201, Ahmad 3/356, Ibnu Hibban 5272, Baihaqi 9/327, Daruqutni 4/288-289, dan
al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah no. 2811).
Kura – kura
Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. hewan kura-kura, sebagian ulama menyatakan boleh dimakan meskipun tidak disembelih. Hal ini berdasarkan keumuman firman Allah Ta’ala,
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan
makanan dari laut.” (QS. Al Maidah: 96).
Begitu pula dengan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang air laut,
هُوَ
الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ
“Air laut itu suci dan bangkainya pun halal.”
(HR. At Tirmidzi no. 69, An Nasai no. 332, Abu Daud no. 83, Ibnu Majah no. 386,
Ahmad 2/361, Malik 43, Ad Darimi 729)
Akan tetapi untuk kehati-hatian,
kura-kura tersebut tetap disembelih agar keluar dari perselisihan para ulama. S3e
Ikan
Napoleon
Ikan Napoleon atau Ikan
Napoleon Wrasse (Cheilinus undulatus)
merupakan ikan karang berukuran besar anggota dari familia Labridae, dengan
ukuran bisa mencapai 2 m dan berat 190 kg. Ikan Napoleon terutama ditemukan di
terumbu karang di kawasan samudra hindia dan samudra pasifik. Ikan ini mempunyai pola reproduksi hermafrodit protogini dengan sebaran di wilayah perairan india-pasifik.
Ikan napoleon merupakan jenis ikan karang yang mempunyai daya tarik menarik
bagi para penyelam untuk menikmati wisata alam bawah laut. Ikan Napoleon halal
karena ia adalah hewan laut seperti firman Allah SWT:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan
(untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan
kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. ” (QS An Nahl
[16]: 14).
Lumba – lumba
Lumba-lumba adalah mamalia laut yang sangat cerdas, selain itu sistem alamiah yang melengkapi tubuhnya
sangat kompleks. Sehingga banyak teknologi yang terinspirasi dari lumba-lumba. Salah satu contoh
adalah kulit lumba-lumba yang mampu memperkecil gesekan dengan air, sehingga
lumba-lumba dapat berenang dengan sedikit hambatan air. Hal ini yang digunakan para perenang untuk merancang baju renang yang mirip kulit lumba-lumba. Sama seperti hewan laut yang lain lumba –
lumba juga hukumnya halal sesuai firman Allah SWT:
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari
laut sebagai makanan yang lezat bagimu” (QS Al-Maidah
[5]: 96).
Jerboa
Jerboa (dari bahasa Arab: جربوع jarbū) adalah bagian terbesar dari keanggotaan keluarga
Dipodidae. Jerboas yang merupakan tikus gurun ditemukan di seluruh Afrika Utara
dan Asia timur ke utara Cina dan Manchuria Mereka cenderung ditemukan di gurun
yang panas.
حَدَّثَنَا ابْنُ مُبَارَكٍ،
عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " لَا بَأْسَ بِأَكْلِ الْيَرْبُوعِ ".
Artinya:Telah menceritakan kepada kami
Ibnul-Mubaarak, dari Ma’mar, dari Hisyaam, dari ayahnya (‘Urwah), ia berkata :
“Tidak mengapa memakan jerboa” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 20126;
sanadnya shahih].
أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ
ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ، سُئِلَ عَنْ أَكْلِ الْيَرْبُوعِ فَلَمْ يَرَ بِهِ
بَأْسًا "
Artinya:elah mengkhabarkan kepada kami
Ma’mar, dari Ibnu Thaawus, dari ayahnya (Thaawus bin Kaisaan) : Bahwa ia pernah
ditanya tentang hukum memakan jerboa, lalu ia tidak mempermasalahkannya”
[Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 6891; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُبَابٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ، عَنْ
إبْرَاهِيمَ الصَّائِغِ، عَنْ عَطَاءٍ، أَنَّهُ قَالَ فِي الذِّئْبِ: " لَا يُؤْكَلُ وَالْيَرْبُوعُ يُؤْكَلُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami
Zaid bin Hubaab, dari Daawud bin Abi Furaat, dari Ibraahiim Ash-Shaaigh, dari
‘Athaa’ (bin Abi Rabaah) : Bahwasannya ia pernah berkata tentang serigala :
“Tidak boleh dimakan, dan jerboa boleh dimakan” [idem no. 20129; sanadnya hasan].
Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm. Nyamuk merupakan hewan khobaits atau menjijikkan, jadi nyamuk merupakan hewan yang diharamkan, seperti dalam firman Allah SWT
“...
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
AL-Khabaits (yang menjijikkan)...” (QS. Al-A’raf: 157)
Burung Sparrow
Sparrow (burung gereja) adalah jenis burung pipit kecil yang berasal dari keluarga Passeridae. Burung-burung ini mendiami kota-kota dalam jumlah yang sangat besar. Sparrow merupakan burung yang jinak dari semua burung liar. Pada umumnya, burung gereja berbentuk kecil, berwarna coklat-kelabu, gemuk, berekor pendek, dan memliki paruh yang kuat. Makanan burung ini adalah biji dan serangga kecil. Pada awalnya, sparrow berasal dari Eropa, Afrika, dan Asia, kemudian burung ini disebarkan ke Australia dan Amerika oleh penduduk. Saat ini House Sparrow (jenis burung gereja) lebih banyak ditemukan Amerika Utara, Australia, dan Amerika Selatan. Burung sparrow dihalalkan berdasarkan hadits Nabi SAW
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ta’alaa ‘anhumaa,
dari Nabi shalallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak
ada seorang pun yang membunuh seekor burung ‘ushfuur atau yang lebih dari itu
tanpa haknya, kecuali Allah ‘azza wa jalla akan bertanya kepadanya pada hari
kiamat tentang apa yang diperbuatnya itu”. Dikatakan kepada beliau
: “Wahai Rasulullah, apa haknya ?”. Beliau menjawab : “Agar menyembelihnya, lalu
memakannya, dan ia tidak memotong kepalanya lalu membuangnya begitu saja”
[Diriwayatkan oleh Al-Haakim 4/233, dan ia berkata : ‘Sanadnya shahih’].
Langganan:
Postingan (Atom)