Kamis, 04 Juli 2013

salah satu puisi terbaikku

Do’a kaum tersingkir
Pada-Mu panjatku selalu
Meraih mimpi indah perkasa
Manggapai gedung gedung abadi
Berlari tingalkan kelaman tak berkesudahan
Pada-Mu panjatku selalu
Harapan tunggu masa tua
Keakhiran kebajikan dalam pengakhiran
Berkeenakan duduk bersila dengan para wanita
Ataukah itu lebih berkebaikan
Dalam kurungan Si panjang kekar
Tidur siang melunakkan tulang
Pada-Mu panjatkan selalu
Gunung semeru berpasir emas
Istana raja menghias alam ini
Tanpa bersedihan walau secuil
Apa daya diri ini
Pada-Mu panjatkan selalu
Permohonan maaf lalu lalang dalam kursi-Mu
Tak tahukah kau?
Keperkasaan-Mu kutahu semua
Pelafalan pertobatan kukatakan
Apakah inilah yang terbesar
Hingga kilukah lidah ini memohon
Lebih terbaik para hidung belang
Kisah dalam kesucian buku
(Akankah itu nyata?)
Telah kukatakan ku percayai segala
Apa daya terdorong nafsu berkeliaran
Semakin menambah keburukan
Pemanfaatn suatu kesucian
Jadilah ia bernoda dosa
Tak dapatku menahan keperihan yang menjadi
Sejuta surat terbang pada diri-Mu
Pengantar bersayap indah akankah kau tak sampaikan?
Belumlah kuketemukan jawaban surat bodohku
Akankah Kau mendengar perkataan tanpa ucapan
Pada-Mu lah Kau jadikan ku pengemis
Pengemis yang berketuhanan lagi berbudaya
Tak maulah diriku dihantam hujan Luth
Ataukah tertusuk tusuk sate panas
Kutahu semua.........
Tolonglah diri hina ini
Pada-Mu kuserahkan jiwa ini
Bantinglah dalam – dalam nafsu kejahatan
Menyeretku dalam lubang keabadian
Keabadian yang menyakitkan
Lepaskan nafsuku daripadaku
Pada-Mu kuberserah
Sekap ku dalam cinta-Mu
Belumlah diriku panjat Engkau
Kau yang tersembunyi kapankah kutemukan?
Hanya diriku tertinggal dalam terdasar
Keinginan kecil semakin menggelayuti
Maulah diriku dalam keabadian kebajikan
Pada-Mu ku kirim surat kaleng yang berbau
Hanya dengan – Mu dapatlah capai kesempurnaan
Kemaha sempurnaan-Mu menyilaukan tiap mata memandang
Pada-Mu.................